Sabtu, 27 November 2010

Pulai

Pulai Alstonia scholaris (L.) R.Br.

Taksonomi dan tatanama
Famili: Apocynaceae
Sinonim: Echites scholaris L., E. pala Ham., Tabernaemontana alternifolia Burm.
Nama lokal/daerah: pulai.


Spoiler for pohon pulai:


Penyebaran dan habitat

Tersebar luas di Asia Pasifik mulai India dan Sri Lanka sampai daratan Asia Tenggara dan China Selatan, seluruh Malaysia hingga Australia Utara dan Kepulauan Solomon. Diintroduksi ke Amerika Utara sebagai tana-man hias.
Toleran terhada berbagai-macam tanah dan habitat, dijumpai sebagai tanaman kecil yang tumbuh di atas karang atau bagian tajuk dari hutan primer dan sekunder. Banyak dijumpai di dataran rendah/pesisir dengan curah hujan tahunan 1000-3800 mm. Juga dijumpai pada ketinggian diatas 1000 m dpl.
Salah satu sifat adalah dapat tumbuh di atas tanah dangkalTidak tumbuhy pada sebaran alami yang suhunya kurang dari 8ºC, yang menunjukkan jenis ini tidak tahan udara dingin.

Pemanfaatan
Kayunya tidak awet, hanya memungkinkan untuk konstuksi ringan di dalam ruangan, atau untuk i pulp dan kertas. Di Patana (Srilanka) digunakan untuk kayu bakar dan dikelola dengan daur pendek (6-8 tahun), tetapi kurang baik dijadikan arang. Kulitnya mengandung alkaloid sebagai bahan obat. Kayunya banyak digunakan untuk papan tulissekolah, sehingga dinamakan scholaris.

Lukisan pohon
Pohon, yang tingginya dapat lebih dari 40 m. Batang pohon tua beralur sangat jelas, sayatan berwarna krem dan banyak mengeluarkan getah berwarna putih. Daun tersusun melingkar berbentuk lonjong atau elip. Panjang bunga lebih dari 1 cm, berwarna krem atau hijau, pada percabangan, panjang runjung bunga lebih dar 120 cm.

Diskripsi buah dan benih
Buah: Kering merekah, bumbung bercuping dua, sedikit berkayu, panjang 15-32 cm, berisi banyak benih.
Benih: panjang 4-5 mm, coklat, pipih meman-jang, dua ikat benang pada ujungnya dengan panjang 7-13 mm. Benih dapat disebar angin. Jumlah benih 37.000-87.000 butir/kg.

Pembungaan dan pembuahan
Termasuk jenis selalu hijau/tidak gugur daun. Di Australia berbunga pada Oktober-Desember. Di Sri Lanka, berbubnga dua periode setiap tahun yaitu April-Juni dan Oktober-Nopember.. Musim panen di Sri Lanka Pebruari. Di Laos berbunga pada akhir musim hujan dan benihnya dikumpulkan Pebruari-Maret. Di Vietnam, berbunga Agus-tus-September,dan berbuah Januari-Pebruari.

Spoiler for bunga dan buah pulai:


Bunga Pulai


Calon Buah


Buah Pulai


Panen buah
Buah dipetik langsung dari pohon atau dikumpulkan dari lantai hutan setelah dahannya digoyang. Benih masak apabila buah telah berubah menjadi coklat, tetapi pengumpulan harus dilakukan sebelum buah merekah dan benihnya tersebar. Pengumpulan harus tepat waktu, periode buah masak hingga merekah hanya 2 minggu.

Spoiler for buah pulai yan telah mengering:


Pengolahan, penanganan buah dan benih.
Setelah dipanen buah dijemursampai terbuka dan benihnya terlepasbiasanya sekitar satu minggu. Bila buah dipanen sebelum masak, perlu dilakukan pemeraman. Benih sangat kecil dan mudah tertiup angin selama pengeringan. Resiko ini dapat dikurangi dengan cara menutupkan jaring plastik selama penjemuran. Di beberapa tempat bulu benih dihilangkan, tetapi belum diketahui pengaruhnya terhadap penyimpanan dan viabilitas benih.

Spoiler for benih pulai:


Penyimpanan dan viabilitas
Fisiologi penyimpanan belum diketahui, tetapi benih ukuran kecil ini kenyataanya dapat dikeringkan, yang menunjukkan benih ortodoks. Benih segar berdaya kecambah tinggi, mendekati 100%, tetapi cepat kehilangan viabilitasnya. Benih yang disimpan selama 2 bulan dalam wadah kedap udara, dilaporkan dapat berkecambah 90%. Tidak diketahui apakah benih ini bisa bertahan pada suhu rendah.

Dormansi dan perlakuan pendahuluan
Benih segar tidak mengalami dormansi sehingga tidak perlu perlakuan pendahuluan. Kemungkinan adanya dormasi sekunder perlu penyelidikan lebih lanjut.

Penaburan dan perkecambahan
Tidak ada persyaratan khusus untuk penaburan, kecuali memerlukan sinar matahari penuh.Dengan sedikit ditutup setelah penaburan, penyinaran dan penyiraman yang teratur, benih mulai berkecambah setelah 12 hari dan berlanjut sampai 3 bulan. Bibit siap tanam berukuran 30 cm setelah berumur 9-12 bulan. Stum yang berdiameter leher akarnya 6 mm juga dapat ditanam. Sambungan juga dapat dilakukan untuk jenis ini

Spoiler for tahapan perkembangan kecambah pulai:

Mahoni Daun Kecil

Mahoni Daun Kecil Swietenia mahagoni (L.) Jacq.

Taksonomi dan tata nama
Famili: Meliaceae
Sinonim: Swietenia mahogoni (L.) Lam., Swiete¬nia fabrilis Salisbury, Cedrus mahogany (L.) Miller
Nama lokal/daerah: Mahoni daun kecil
Species yang berkerabat: Genus ini terdiri dari dua jenis, S. macrophylla and S. humilis. Tiga jenis lain belum dapat ditetapkan secara biologis karena saling bersilangan . Swietenia aubrevilleana Stehle & Cusin diduga hibrid antara S. macrophylla and S. mahagoni).

Penyebaran dan habitat
S. mahagoni adalah jenis yang tumbuh pada zona lembab. Penanaman secara extensif telah dilakukan terutama di Pacific (Malaysia, Philippina, Indonesia dan Fiji). Sifat ekologis yang sangat penting untuk membedakan S. mahogany dari S. macrophylla yaitu kemampuan tumbuh di daerah kering. Jenis ini secara alami dijumpai pada iklim dengan curah hujan tahunan 580-800 mm. Hasil pertanamannya lebih rendah dibanding S. macrophylla tetapi pada tapak yang kering tumbuh sangat baik dan kualitas kayunyapun lebih baik.

Pemanfaatan
Secara komersial jenis ini tidak berarti apabila tersedia dalam skala kecil. Akan berpotensi bila ditanam dalam skala besar, khususnya di daerah kering, terutama untuk memperoleh kayu berkualitas tinggi. Kerapatan kayunya 560-850 kg/m3 pada kadar air 15%. Jenis ini juga digunakan pada agroforestry untuk meningkatkan kualitas tanah dan tanaman hias.

Lukisan pohon
Selalu hijau sampai semi hijau, tinggi mencapai 30-35 m. Kulit abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi coklat tua, membubung (beralur) dan mengelupas setelah tua. Daun bertandan, licin, tidak berbulu, panjang 12-15 (-25) cm majemuk menyirip dengan 2-4 pasang daun. Daun bulat telur, ujung lancip, panjang 5-6 cm, lebar 2-3 cm hijau tua, licin tidak berbulu. Bunga berkelamin tunggal, kecil, putih, panjang 8-15 cm malai ramping.

Diskripsi buah dan benih
Buah: keras, panjang 5-10 cm, diameter 3-6 cm panjang, umumnya 5 ruang, kapsul kering merekah. Kulit buah tebal, mengayu dan kasar permukaannya ketika masak. Kulit luar tebalnya 4-5 cm kulit dalam tipis.
Buah merekah mulai dari pangkalnya apabila sudah kering. Bagian tengah buah tebal, berkayu, terdapat 5 kolom lancip memanjang hingga ujungnya, dimana pada bagian ini sayap dan benih saling menempel, meninggalkan bekas ketika benih lepas. Setiap buah terdiri 35 45 butir.
Benih: Berwarna coklat, bersayap yang panjangnya 4-5 cm. Kotiledon berada pada duapertiga panjang sisi benih. Benih dapat menyebar dengan angin. Terdapat 3,350-3,500 benih/kg.

Pembungaan dan pembuahan
Bunga berkelamin satu dan pohon berumah satu. Penyerbukan dengan serangga. Hibridisasi sering terjadi terutama dengan S. macrophylla apabila keduanya tumbuh berdekatan. Hanya satu bunga dalam rangkaian bunga yang dapat tumbuh menjadi buah, bunga lainnya gugur, meskipun pembuahan telah terjadi. Perkembangan bunga menjadi buah selama 8-10 bulan. Berbunga dan berbuah setiap tahun. Dengan lamanya perkembangan bunga menjadi buah , kita dapat melakukan perkiraan panen beberapa bulan sebelumnya.
Waktu berbunga bervariasi tergantung iklim dan letak geografis, pembungaan sering terjadi sesaat sebelum musim hujan. S. mahagoni di Kep. Karibia berbunga antara April dan Juli dan buah matang 8-10 bulan berikutnya, antara Januari dan Maret. Mahoni dapat berbuah teratur setelah berumur 10 sampai 15 tahun.

Panen buah
Buah dapat dipetik dari pohon sebelum merekah atau benihnya dipungut sesaat setelah jatuh. Produksi benih bervariasi menurut tapak dan umur. Faktor penting dalam produksi benih adalah efisiensi penyerbukan yang tidak menentu, terutama diluar arel sebaran alaminya.

Pemrosesan, penanganan buah dan benih
Buah kering yang sudah masak dan benih yang dikumpulkan dari lantai hutan dapat disimpan beberapa hari dalam karung tanpa menyebabkan kerusakan. Tetapi untuk mengurangi berat lebih baik diproses di lapangan. Buah akan merekah setelah dijemur 1 4 hari, tergantung tingkat kemasakan, setelah itu benih dapat dipisahkan dengan menggoyang atau menggaruk buah. Bagian buah lainnya dapat dipisahkan dengan tangan. Selanjutnya sayap dipotong bila diperlukan.
Kadar air benih segar umumnya 10 12%. Setelah ekstraksi benih dikeringkan sampai kadar airnya kira-kira 6 7 % untuk penyimpanan jangka pendek, atau diturunkan sampai 4% untuk penyimpanan jangka panjang di dalam ruang dingin.

Penyimpanan dan viabilitas
Persen kecambah benih segar 60 90 %. Aman disimpan pada suhu kamar sampai 1 2 bulan. Penyimpanan pada suhu 15C dapat mempertahankan viabilitas 3 6 bulan. Benih berkadar air 4 5% yang disimpan dalam ruang dingin (2 5C) dapat bertahan sampai 1 tahun atau lebih

Perlakuan pendahuluan
Perlakuan pendahuluan tidak diperlukan, tetapi benih yang disimpan dengan kadar air rendah dapat dipacu dengan perendaman air dingin selama 12 jam.

Penaburan dan perkecambahan
Benih ditabur pada bedengan dengan bermedia pasir halus pada kedalaman 3-7 cm ng atau langsung ditanam pada kantong plastik. Perkecambahan di tempat teduh dan lembab. Benih akan berkecambah setelah 10 21 hari. Perkecambahan bersifat hypogeal. Bibit diberi naungan sampai dimulai penanaman, Bibit dapat ditanam di lapangan setelah tingginya 50 100 cm.

Acacia

Acacia mangium Willd.

Taksonomi dan tatanama
Famili: Fabaceae (Mimosoideae)
Sinonim: Rancosperma mangium (Willd.) Ped-ley
Nama lokal: mangium


Spoiler for Penampakan A. mangium:

1. Pohon 2. Bunga 3. Buah


Penyebaran dan habitat
Menyebar alami di Queensland utara Australia, Papua New Guinea hingga propinsi Papua dan Maluku. Cepat tumbuh, pohon berumur pendek (30-50 tahun), beradaptasi terhadap tanam asam (pH 4.5-6.5) di dataran rendah tropis yang lembab.
Tidak toleran terhadap musim dingin dan naungan. Tumbuh baik pada tanah subur yang baik drainasenya tetapi tahan terhadap tanah yang tidak subur dan jelek drainasenya. Pohon muda mudah terbakar. Dapat menjadi gulma pada kondisi tertentu.
Bastar alam antara A. auriculiformis dan A. mangium menunjukkan sifat-sifat yang diinginkan.

Pemanfaatan
Penanaman di Asia terutama untuk pulp dan kertas. Pemanfaatan lain meliputi kayu bakar, kayu konstruksi dan mebel, kayu tiang, pengendali erosi, naungan dan perlindungan.
Nilai lebih lain adalah kemampuan untuk ber-saingi dengan alang-alang (Imperata cylindrica).

Lukisan pohon
Pohon selalu hijau, tinggi hingga 30 m. Bebas cabang dapat lebih dari setengah tinggi pohon; kadang-kadang silindris pada batang bawah dan diameter jarang lebih dari 50 cm. Kulit kasar dan beralur, berwarna abu-abu atau coklat. Ranting kecil seperti sayap. Daun besar, panjangnya mencapai 25 cm, lebar 3-10 cm, hijau gelap dengan empat urat longitudinal (tiga pada A. auriculifor¬mis); daun majemuk ketika bibit. Bunga berganda, putih atau kekuningan, dalam rangkaian yang panjangnya 10 cm, tunggal atau berpasangan di sudut daun pucuk.

Spoiler for pohon mangium:

Pohon mangium


Pohon usia muda


Diskripsi buah dan benih
Buah: polong kering merekah yang melingkar ketika masak, agak keras, panjang 7-8 cm, lebar 3-5 mm.
Benih: hitam mengkilat, lonjong, 3-5 x 2-3 mm, dengan ari (funicle) kuning cerah atau oranye yang terkait di benih. Terdapat 66,000-120,000 benih/kg.

Pembungaan dan pembuahan
Musim berbunga berbeda menurut sebaran alami dan lokasi tanam. Di Australia berbunga Pebruari-Mei, dan benih masak bulan Oktober-Desember. Di Indonesia buah masak bulan Juli, di Papua New Guinea pada akhir September.
Sebagai pohon eksotik, siklus pembungaan tidak teratur dan pembungaan ini dapat sepanjang tahun; tetapi, puncak pembungaan terlihat jelas. Puncak tersebut dilaporkan terjadi bulan Juli di Semenanjung Malaysia, Januari di Sabah, Oktober - Nopember di Taiwan dan September di Thailand. Di Tanzania buah masak di panen bulan Juni-Juli. Berbunga setelah sebelum daun mekar dan benih dapat dipanen 24 bulan setelah penanaman. Jenis ini umumnya kimpoi silang; dan diserbuki oleh serangga.

Panen buah
Diunduh dari pohon atau dikumpulkan di tanah.

Penanganan dan pemrosesan buah dan benih
Polong hendaknya diproses sedini mungkin setelah panen. Polong dan benih hendaknya tidak terlalu lama dijemur, suhu lebih dari 43C dapat mengurangi viabilitas. Ekstraksi dengan pengirikan dan penampian seperti yang dijelaskan oleh Doran et al. (1983) yang cocok untuk jenis ini. Ari dapat dibuang dengan menggosok benih di atas ayakan.

Penyimpanan dan viabilitas
Benih berwatak ortodoks dan dapat dipertahankan viabilitasnya beberapa tahun dalam wadah kedap di ruang gelap yang sejuk. Kadar air selama penyimpanan disarankan 5-7 %.

Dormansi dan perlakuan pendahuluan
Benih masak dicelup dalam air yang sedang mendidih selama 30 detik kemudian direndam dalam air dingin selama 24 jam; sebagai alternatif benih dapat diskarifikasi. Daya kecambah tinggi (75-90%) setelah mendapat perlakuan yang tepat.

Spoiler for kecambah mangium:



Penaburan dan perkecambahan
Benih dapat ditabur di bedeng tabur, kotak ke-cambah (metoda kertas lembab) atau langsung di kantung plastik. Awang and Taylor (1994) menyajikan secara lengkap teknik persemaian. Pembiakan vegetatif dengan stek dan kultur jaringan sangat penting untuk jenis ini.

Spoiler for semai mangium siap sapih:

Pinus

Pinus (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese)

Taksonomi dan tatanama
Famili: Pinaceae
Sinonim: P. sumatrana Jungh.; P. finlaysoniana Wallich; P. latteri Mason; P. merkiana Gordon.
Nama lokal: tusam (Indonesia.); uyam (Aceh); son song bai (Thai); merkus pine (perdagangan); mindoro pine (Philipina); tenasserim pine (Inggris).


Spoiler for sketsa buah pinus:

1. Bunga jantan; 2. Bunga betina; 3. Buah muda (kuncup); 4. Buah merekah.


Penyebaran dan habitat
Satu-satunya pinus yang sebaran alaminya sampai di selatan katulistiwa. Di Asia Tenggara menyebar di Burma, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Indonesia (Sumatra), dan Filipina (P. Luzon dan Mindoro). Tersebar 23OLU-2OLS. Di Pulau Hainan (China) diperkirakan hasil penanaman. Di Jawa dan Sulawesi Selatan (Indonesia) juga merupakan hasil penanaman. Tumbuh pada ke-tinggian 30 - 1.800 m dpl, pada berbagai tipe tanah dan iklim. Curah hujan tahunan rata-rata 3.800 mm di Filipina hingga 1.000-1.200 mm di Thailand dan Burma. Di tegakan alam Sumatra (Aceh, Tapanuli dan Kerinci), tidak satu bulanpun curah hujan kurang dari 50 mm, artinya tidak ada bulan kering. Suhu tahunan rata-rata 19-28oC.

Kegunaan
Kayunya untuk berbagai keperluan, konstruksi ringan, mebel, pulp, korek api dan sumpit. Sering disadap getahnya. Pohon tua dapat menghasilkan 30-60 kg getah, 20-40 kg resin murni dan 7-14 kg terpentin per tahun. Cocok untuk rehabilitasi lahan kritis, tahan kebakaran dan tanah tidak subur.

Deskripsi botani
Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi 30 m, diameter 60-80 cm. Tegakan tua mencapai tinggi 45 m, diameter 140 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid, setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Terdapat 2 jarum dalam satu ikatan, panjang 16-25 cm. Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.

Spoiler for pohon pinus:


Deskripsi buah dan benih
Buah: Berbentuk kerucut, silindris, panjang 5-10 cm, lebar 2-4 cm. Lebar setelah terbuka lebih dari 10 cm.
Benih: Bersayap, dihasilkan dari dasar setiap sisik buah. Setiap sisik menghasilkan 2 benih. Panjang sayap 22-30 mm, lebar 5-8 mm. Sayap melekat pada benih dengan penjepit yang berhubungan dengan jaringan higroskopis di dasar sayap, sehingga benih tetap melekat saat disebar angin selama sayap kering, tetapi segera lepas bila kelembaban benih meningkat. Umumnya terdapat 35-40 benih per kerucut dan 50.000-60.000 benih per kg.

Pembungaan dan pembuahan
Strobili jantan dan betina dapat ditemukan sepanjang tahun. Puncak pembungaan di Indonesia Maret dan berakhir Juni. Penyerbukan oleh angin. Perkembangan menjadi buah selama 11-15 bulan. Di Indonesia puncak pembuahan bulan Mei-Juli, bervariasi menurut pohon maupun antar tegakan. Pohon mulai menghasilkan benih setelah umur 10-15 tahun. Benih disebarkan angin.

Pemanenan benih
Waktu pemanenan benih ketika sebagian besar kerucut berubah hijau kecoklatan. Kemasakan diperiksa dengan membelah benih. Benih tua bila endosperm berwarna putih dan padat, serta memenuhi seluruh rongga benih.
Benih dikumpulkan dengan memanjat untuk memetik kerucut dengan galah berkait yang dilengkapi pisau.

Penanganan dan pemrosesan buah dan benih
Kerucut hijau kecoklatan dipisahkan dari yang hijau, dan langsung dijemur. Kerucut hijau di-peram dengan cara dihamparkan hingga berwarna hijau kecoklatan dalam bak yang alasnya terbuat dari ram kawat. Benih diekstraksi dengan penjemuran kerucut. Ekstraksi dengan membelah akan meng-hasilkan benih yang belum masak dan merusak benih sehingga menurunkan daya kecambah. Benih kemudian dibersihkan dari sayap dengan cara manual, yaitu digosok di atas ayakan atau secara mekanik dengan pengaduk semen yang diputar 10 – 15 menit. Untuk memudahkan pelepasan sayap, benih dibasahi dengan air (5-10%), kemudian digosok, atau masukkan ke dalam mesin lalu diputar 15 menit. Selanjutnya, benih dipisahkan dari sayap, kemudian dikeringkan.

Penyimpanan dan viabilitas
Benih termasuk ortodoks, dan dapat disimpan selama 5 tahun pada kadar air 6-8%, suhu 3-4oC dalam wadah kedap udara atau kantung plastik. Benih yang disimpan pada suhu kamar (20-30oC), daya kecambahnya hanya dapat dipertahankan selama 1 tahun.

Dormansi dan perlakuan pendahuluan
Tidak mengalami dormansi dan tidak perlu perlakuan khusus untuk memulai perkecambahan. Merendam benih pada air dingin 24 jam sebelum penaburan dapat mempercepat dan menyerempakkan perkecambahan.

Penaburan dan perkecambahan
Perkecambahan dimulai 7 hari setelah penaburan. Daya kecambah 80% dapat dicapai dalam 12-15 hari. Benih dapat langsung ditabur pada kantung plastik (1-2 butir per kantung) atau disebar dahulu lalu disapih ke kantung plastik setelah panjang kecambah mencapai 3-4 cm. Media penyapihan bermikorhiza yang terdiri dari campuran pasir dan tanah humus dari tegakan pinus perbandingan 3:1. Bibit siap tanam setelah 9 – 10 bulan.

Suren

Suren Toona sureni (Blume) Merr.

Taksonomi dan tatanama
Famili: Meliaceae
Sinonim: Cedrela febrifuga Blume (1823), Toona febrifuga (Blume) M.J. Roemer (1946), Cedrela sureni (Blume) Burkill (1930).
Nama lokal/daerah: Suren, surian, surian amba (Sumatera).

Spoiler for pohon suren:


Penyebaran dan habitat
Jenis ini menyebar di Nepal, India, Bhutan, Myanmar, Indo-China, Cina Selatan, Thailand dan sepanjang Malaysia hingga barat Papua Nugini. Di Indonesia, menyebar di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi yang beriklim A-C (Schmidt dan Ferguson), dengan rata-rata suhu tahunan 22ºC. Jenis ini dijumpai di hutan-hutan primer maupun sekunder, dan banyak tumbuh di hutan pedesaan, sering ditemukan di sepanjang sungai di daerah bukit dan lereng-lereng, pada ketinggian 1.200 –2.700 m dpl. Jenis ini memerlukan tanah yang subur.

Kegunaan
Sering ditanam di perkebunan teh sebagai pemecah angin. Jenis ini cocok sebagai naungan dan pohon di sepanjang tepi jalan. Kayunya bernilai tinggi dan mudah digergaji serta memiliki sifat kayu yang baik. Kayunya sering digunakan untuk lemari, mebel, interior ruangan, panel dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas, dan konstruksi. Beberapa bagian pohon, terutama kulit dan akar sering digunakan untuk ramuan obat, yaitu diare. Kulit dan buahnya dapat digunakan untuk minyak atsiri.

Deskripsi botani
Pohon berukuran sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi 40-60 m dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Diameter dapat mencapai 100 cm, bahkan di pegunungan dapat mencapai hingga 300 cm. Berbanir hingga tinggi 2 m. Kulit batang terlihat pecah-pecah dan seolah tumpang tindih, berwarna coklat keputihan, pucat hingga keabu abuan, dan mengeluarkan aroma apabila dipotong. Kayunya ringan, dengan gubal merah muda dan teras coklat.
Pohon menggugurkan daun, yang terjadi pada bulan Februari-Maret atau September-Oktober. Daunnya lebar, tersusun seperti spiral, kadang-kadang mengelompok di ujung cabang, panjang 10-15 cm, dengan 8-30 pasang anak daun berbentuk lanset. Permukaan dan tulang daun sebelah atas umumnya berbulu. Malai bunga dijumpai di ujung, bercabang-cabang dan menggantung. Bunga kecil, putih kekuningan dan beraroma tajam. Walaupun memiliki kepala putik dan indung telur, bunga umumnya berkelamin tunggal ditinjau dari fungsinya.
Jenis-jenis toona agak mirip dan sekaligus menunjukkan variasi dalam jenis, khususnya karakter daun. Kemiripan ini menyebabkan kerancuan antara T. sureni dan T. sinensis, bahkan pada penulisan pustakanya. Nama lokal kedua jenis ini adalah Suren atau Surian, tergantung lokasinya. Kerancuan juga menyebabkan kesulitan penetapan perbedaan diantara keduanya, walaupun sama manfaat dan penanganan benihnya agak mirip dengan jenis ini.

Deskripsi buah dan benih
Buah: Buah tersusun seperti malai yang pan-jangnya dapat mencapai 1 m, dimana setiap malai terdiri dari lebih 100 buah. Buah berupa kapsul lonjong. Buah terdiri dari 5 ruang, dimana setiap ruang terdiri 6-9 benih. Buah masak berwarna coklat tua, keras, dan pecah seperti bintang.
Benih: bersayap pada kedua ujungnya. Panjang benih 3-6 mm, dan lebarnya 2-4 mm; berwarna coklat. Setiap kg benih terdiri 64.000 butir.

Musim berbunga dan berbuah
Berbunga dan berbuah bulan Desember – Februari atau April – September pada waktu gugur daun. Penyerbukan oleh berbagai serangga. Produksi buah umumnya melimpah.

Spoiler for bunga dan buah suren:

Bunga suren


Buah suren


Panen buah
Pengumpulan buah dilakukan jika telah berwarna coklat sebelum merekah. Buah dikumpulkan dengan cara menggoncang atau memangkas cabang. Jika pengumpulannya terlambat, maka banyak benih yang hilang ketika buah merekah. Buah dipanen bulan Maret atau Oktober, ketika akhir musim kemarau.

Pengolahan dan penanganan benih
Buah dijemur selama 1-2 hari hingga terbuka. Benih dipisahkan dari sayap dan kotoran lainnya dengan penampian.

Spoiler for buah dan benih suren:

Buah suren


Benih suren


Penyimpanan dan viabilitas
Benih dapat dipertahankan viabilitasnya selama 2-3 bulan, tetapi dengan penyimpanan dalam ruang sejuk akan memperpanjang periode simpan tersebut. Penelitian di Balai Teknologi Perbenihan (Bogor) menunjukkan bahwa benih yang disimpan di ruang ber-AC (18-20)oC dapat dipertahankan daya kecambahnya sebesar 56% setelah 5 bulan.

Penaburan dan perkecambahan
Benih mudah berkecambah dan tidak memerlukan perlakuan pendahuluan. Benih ditabur di bedeng dengan naungan 60%. Perkecambahannya dapat mencapai 80% setelah 4-7 hari. Kecambah tergolong epigeal. Setelah 1 bulan, kecambah dapat disapih ke kantong plastik.

Spoiler for kecambah suren:

Jati

 Jati Tectona grandis. 

Taksonomi dan tatanama
Famili: Verbenaceae
Nama lokal/daerah: Jati (Indonesia); Sagun (India); Lyiu (Burma); Mai Sak (Thailand), Teak (Inggris),Teck (Perancis), Teca (Spanyol), Java Teak (Jerman).

Penyebaran dan habitat
Areal penyebaran alaminya terdapat di India, Myanmar, Thailand dan bagian barat Laos. Batas utara pada garis 25 LU di Myanmar, batas selatan pada garis 9 LU di India. Jati tersebar pada garis 70-100 BT. Penyebarannya ternyata terputus-putus. Hutan jati terpisah oleh pegunungan, tanah-tanah datar, tanah-tanah pertanian dan tipe hutan lainnya. Di Indonesia, jati bukan tanaman asli, tetapi sudah tumbuh sejak beberapa abad lalu di P. Kangean, Muna, Sumbawa dan Jawa.

Pemanfaatan
Dikenal luas sebagai jenis tanaman pada tapak beriklim tropik. Sering dijumpai sebagai tanaman sela pada sistem agroforestry. Salah satu kayu serbaguna, digunakan untuk konstruksi ringan dan berat, bahan bangunan rumah, kayu pertukangan, ukiran dll.

Lukisan pohon
Pohon besar yang menggugurkan daun. Pada kondisi baik, tinggi dapat mencapai 30 - 40 m. Pada habitat kering, pertumbuhan menjadi ter-hambat, cabang lebih banyak, melebar dan membentuk semak. Pada tapak bagus, batang bebas cabang 15 - 20 m atau lebih, percabangan kurang dan rimbun. Pohon tua sering beralur dan berbanir. Kulit batang tebal, abu-abu atau coklat muda ke abu-abuan. Daun lebar, panjang 25 - 50 cm, lebar 15 - 35 cm, letak daun bersilangan, bentuk elips atau bulat telur. Bagian bawah abu-abu, tertutup bulu berkelenjar warna merah. Ukuran bunga kecil, diameter 6 - 8 mm, keputih-putihan dan berkelamin ganda terdiri benangsari dan putik yang terangkai dalam tandan besar. Jumlah kuncup bunga 800 – 3.800 per tandan, bunga mekar dalam waktu 2 - 4 minggu.

Diskripsi buah dan benih
Buah: keras, terbungkus kulit berdaging, lunak tidak merata (tipe buah batu). Ukuran buah bervariasi 5 - 20 mm, umumnya 11 - 17 mm. Struktur buah terdiri dari kulit luar tipis yang terbentuk dari kelopak, lapisan tengah (mesokarp) tebal seperti gabus, bagian dalamnya (endokarp) keras dan terbagi menjadi 4 ruang biji. Jumlah buah per kg bervariasi sekitar 1.100 – 3.500 butir, rata-rata 2.000 buah per kg. Dari beberapa tulisan sekitar 500 buah per liter.
Benih: berbentuk oval, ukuran kira-kira 6 x 4 mm. Jarang dijumpai dalam keempat ruang berisi benih seluruhnya, umumnya hanya berisi 1 - 2 benih. Seringkali hanya satu benih yang tumbuh menjadi anakan.

Pembungaan dan pembuahan
Jati umumnya mulai berbunga umur 6 - 8 tahun setelah ditanam. Berbunga pada musim hujan. Awal pembungaan terjadi kira-kira satu bulan setelah hujan pertama turun. Jati selalu berbunga setiap tahun, tetapi terjadi variasi besar dalam intensitas pembungaan setiap tahunnya. Penyerbukan dilakukan oleh serangga. Rangkaian bunga dan buah kadang-kadang rontok oleh serangga yang juga pemakan kuncup bunga. Buah mencapai ukuran maksimal setelah 50 hari, namun untuk mencapai kemasakan diperlukan waktu 120 - 150 hari setelah pembuahan. Kematangan buah dapat ditandai dengan jatuhnya buah ke tanah karena digoyang atau jatuh sendirinya.

Pemanenan buah
Pengumpulan benih umumnya dilakukan di ba-wah tegakan. Semak dan serasah dibersihkan dan dibakar untuk persiapan pengumpulan benih. Buah berjatuhan selama satu periode yang berlangsung 3 - 4 bulan ketika musim kering. Pengumpulan buah dilakukan minimal 2 kali dalam satu musim. Buah jatuh segera dikumpulkan, jangan terlalu lama terhampar di lantai hutan. Jumlah buah yang dapat dikumpulkan tergantung umur, lokasi dan tipe tegakan. Sulit memberikan data jumlah benih yang dapat dikumpulkan. Produksi dari areal produksi umumnya menghasilkan 20-30 kg/ha/th, dan kebun benih 200-300 kg/ha/th.

Pemrosesan, penanganan buah dan benih
Setelah terkumpul, buah dibersihkan dari ranting, daun dan buah rusak, selanjutnya dijemur 2-3 hari. Setelah kering, kulit buah yang tipis dibuang dengan pengaduk semen, mesin perontok, dengan tekanan atau memukul-mukul benih. Benih bersih kemudian disimpan dalam karung. Kotoran dipisahkan dengan cara ditampi.

Penyimpanan dan viabilitas
Penyimpanan benih yang baik akan memperta-hankan daya berkecambah beberapa tahun. Kadar air benih diturunkan sebelum penyimpanan. Suhu dan kelembaban ruang simpan dijaga agar tetap stabil. Teknik ini tidak diperlukan jika benih segera ditanam dan benih cukup disimpan di bawah naungan atau ruang simpan sederhana dekat persemaian. Dengan cara ini, viabilitas dapat dipertahankan 3-4 bulan. Daya simpan benih dapat bertahan hingga 2 tahun jika kadar air turun hingga 12%, disimpan dalam wadah hampa udara (misalnya gelas tertutup rapat atau kantung plastik), dan diletakkan dalam ruang kering yang teduh dan sejuk. Daya berkecambah benih berkadar air rendah dapat dipertahankan 5-10 tahun jika disimpan dalam ruang dingin (0-4o C).

Dormansi dan perlakuan pendahuluan
Perkecambahan jelek dan tidak merata tetapi dormansi alami tidak diketahui. Perlakuan pendahuluan yang biasa dilakukan adalah merendam benih pada malam hari, kemudian siang hari benih dijemur dan diulang hingga 1-2 minggu. Metode yang lebih baik, benih dipanaskan (dioven) 1-5 minggu pada suhu 50C, atau pada suhu 80C selama 48 jam. Cara ini tidak sesuai untuk jumlah banyak, karena harus menyediakan oven besar.

Penaburan dan perkecambahan
Penaburan dilakukan langsung di areal penana-man atau di persemaian. Jika ditanam langsung, dalam satu lobang umumnya diisi 3-4 benih, dijamin sedikitnya satu anakan akan tumbuh. Metode ini kurang efektif dalam pemanfaatan biji karena pemborosan benih. Sebagai alternatif, benih ditabur di persemaian dalam bak kecambah dengan media tanah atau pasir. Benih ditabur di atas media kemudian ditutup lapisan tanah atau pasir agar terhindar dari hujan atau binatang penggerat benih. Jangan menabur benih terlalu dalam karena dapat menurunkan daya kecambah secara tajam. Jati sangat peka naungan. Saat berkecambah juga bervariasi. Kecambah yang terlambat tumbuh akan dinaungi semai yang lebih dulu tumbuh, sehingga menyebabkan kematian.

Jumat, 26 November 2010

KOMPOS JERAMI

KOMPOS JERAMI

Dari Tanah Kembali ke Tanah

di kutip dari : http://isroi.wordpress.com/2008/02/25/kompos-jerami-mudah-murah-cepat/

Padi atau tanaman menyerap unsur hara dari dalam tanah. Dengan bantuan energi dari sinar matahari, hara dari dalam tanah ditambah dengan CO2 dari udara ini diubah menjadi senyawa komplek untuk membentuk batang, daun, dan bulir-bulir padi/beras. Padi/beras akan dipanen dan dibawa ke tempat lain, sedangkan jerami sisa-sisa panen umumnya dibakar.
Proses ini berlangsung lama. Unsur hara dan bahan organik tanah semakin lama akan semakin habis. Selama ini unsur hara lebih banyak dipenuhi dengan menambahkan pupuk-pupuk kimia anorganik. Bahan-bahan organik yang ada di dalam tanah tidak mendapat perhatian dan kandungannya di dalam tanah semakin menipis.
kompos-gbr-1
Jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi ke tanah. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah, dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah.
kompos-gbr-2
Kompos selain dibuat dari jerami dapat juga dibuat dari seresah atau sisa-sisa tanaman lain. Rumput-rumputan, sisa-sisa daun dan batang pisang, atan daun-daun tanaman dapat juga dibuat kompos. Pada prinsipnya semua limbah organik dapat dijadikan kompos.
Batang kayu, bamboo, ranting-ranting pohon, atau tulang juga termasuk bahan organik tetapi sebaiknya tidak ikut dikomposkan dengan jerami. Limbah-limbah ini termasuk limbah organik keras. Meskinpun dapat juga dibuat kompos, namun bahan-bahan ini memerlukan waktu yang lama untuk terdekomposisi.

Waktu Pengomposan

Waktu pengomposan sebaiknya segera setelah panen, yaitu waktu pada saat penyiapan bibit padi hingga sebelum penanaman bibit. Pada saat penyiapan bibit, kompos jerami juga disiapkan. Setelah kompos matang dalam waktu kira-kira satu bulan, kompos bisa segera disebarkan di petak sawah bersamaan dengan pengolahan tanah.

Keunggulan Cara Ini

Mudah. Cara pembuatannya sangat mudah sekali. Semua bahan bisa diperoleh di tempat. Hanya PROMI yang perlu dipesan dulu. Cara ini juga tanpa pencacahan, jadi tidak perlu mesin pencacah atau parang.
Murah. Biaya pembuatannya sangat murah. Bahan-bahan dan alat pendukung lainnya pun bisa menggunakan bahan lain yang lebih murah, jika ada.
Manfaat. Kompos ini tiak diragukan lagi memiliki banyak manfaat. Insya Allah.

Lokasi Pengomposan

Lokasi pengomposan dilakukan di petak sawah yang akan diaplikasi atau dipetak dimana jerami tersebut dipanen. Lokasi sebaiknya dipilih dekat dengan sumber air, karena pembuatan kompos membutuhkan banyak air. Lokasi juga dipikirkan untuk kemudahan saat aplikasi. Jika petak sawah cukup luas, sebaiknya dibuat di beberapa tempat yang terpisah.

Peralatan yang Dibutuhkan

Peralatan yang dibutukan antara lain:
1. Sabit/parang
2. Cetakan yang dibuat dari bambo. Cetakan ini dibuat seperti pagar yang terdiri dari 4 bagian. Dua bagian berukuran 2 x 1 m dan dua bagian yang lain berukuran 1 x 1 m.
3.
Ember/bak untuk tempat air.
4. Air yang cukup untuk membasahi jerami.
5. Aktivator pengomposan (Acticomp atau Promi).
6. Ember untuk menyiramkan aktivator.
7. Tali.
8. Plastik penutup. Plastik ini bisa dibuat dari plastik mulsa berwarna hitam (ukuran lebar 1 m) yang dibelah sehingga lebernya menjadi 2 m.

Tahapan Pembuatan Kompos Jerami

1. Siapkan bak dan air. Masukkan air ke dalam bak. Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke dalam bak air. Aduk hingga aktivator tercampur merata.
kompos-gbr-3

2. Siapkan cetakan dari bambo. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.
kompos-gbr-4
Keterangan Gambar :
Gambar 6 : Siapkan cetakan kompos yang dibuat dari bambu
Gambar 7 : Masukan jerami dan bahan-bahan lain, lapis demi lapis kedalam cetakan kompos
Gambar 8 : Setiap lapis tumpukan, siram dengan aktivator secukupnya
3. Masukkan satu lapis jermai ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
4. Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.
5. Injak-injak agar jerami padat.
kompos-gbr-5
6. Tambahkan lagi satu lapis jerami/serasah.
7. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
kompos-gbr-6
10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastic yang telah disiapkan.
11. Ikat plastic dengan tali plastic agar tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastic tidak tebuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.
kompos-gbr-7

Pengamatan Selama Fermentasi

Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.
Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65-70 oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan penguraian atau dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklat kehitam-hitaman.
kompos-gbr-8

Mengatasi Masalah yang Terjadi Selama Fermentasi

Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini.
Buka plastic penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas?
Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambo yang diberi lubang untuk menambah aerasi.
kompos-gbr-9
kompos-gbr-10

Panen dan Aplikasi Kompos Jerami

kompos-gbr-111
Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
  • Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
  • lunak dan mudah dihancurkan,
  • suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
  • tidak berbau menyengat, dan
  • volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
Gambar 17.
Gambar 17.
Padi yang dipupuk dengan kompos jerami tumbuh lebih subur

Senin, 22 November 2010

Gmelina/Jati Putih


Gmelina/Jati Putih Gmelina arboreaRoxb.

Taksonomi dan tatanama
Famili : Verbenaceae
Nama lokal/daerah : Jati putih (Indonesia), gamari, gumadi (India), gamar (Bangladesh), yemane (Myanmar).

Penyebaran habitat
Menyebar alami di Nepal, India, Pakistan, Ban-gladesh, Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam dan Cina Selatan. Di hutan alam jenis ini selalu tersebar dan berkelompok dengan jenis lain. Dijumpai di hutan yang selalu hijau di Myanmar dan Bangladesh, dan hutan kering menggugurkan daun di India Tengah. Sudah ditanam luas di berbagai negara Asia Tenggara termasuk Indonesia, Afrika Barat dan Amerika Selatan.

Pemanfaatan
Terutama sebagai bahan konstruksi ringan dan pulp. Beberapa bagian pohon dapat digunakan untuk obat dan daunnya untuk pakan ternak.

Deskripsi botani
Pohon ukuran sedang, tinggi dapat mencapai lebih (30 - 40) m, batang silindris, diameter rata-rata 50 cm kadang-kadang mencapai 140 cm. Kulit halus atau bersisik, warna coklat muda sampai abu-abu. Ranting halus licin atau berbulu halus. Bunga kuning terang, mengelompok dalam tandan besar (30-350 bunga per tandan). Daun bersilang, bergerigi atau bercuping, berbentuk jantung, ukuran 10-25 cm x 5-18 cm. Bunga sempurna, panjang mencapai lebih 25 mm, berbentuk tabung dengan 5 helai mahkota. Bunga mekar malam hari. Penyerbukan umumnya dilakukan lebah.

Deskripsi buah dan benih
Buah: berdaging, panjang 20-35 mm, kulit mengkilat, mesokarp lunak, agak manis.
Biji: keras seperti batu, panjang 16-25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat, ujung lain runcing. Terdiri dari 4 ruang, jarang dijumpai 5 ruang. Sedikitnya satu ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu. Ukuran benih meningkat menurut ukuran biji, yaitu panjang 6-9 mm. Berat 1.000 butir biji batu sekitar 400 gr.

Pembungaan dan pembuahan
Berbunga dan berbuah setiap tahun. Di sebaran alami beriklim musim, mulai berbunga pada musim kemarau ketika pohon menggugurkan daun. Di luar sebaran alami beriklim musim, periode pembungaan dan pembuahan tidak jelas, bunga dan buah terlihat kira-kira sepanjang tahun. Buah masak terjadi 1,5 bulan setelah pembungaan.

Panen buah
Buah umumnya dikumpulkan di lantai hutan. Buah masak yang jatuh mungkin masih hijau, kemudian berubah kuning setelah satu minggu. Sekitar dua minggu, buah menjadi coklat dan setelah tiga minggu menjadi hitam. Pengumpulan lebih baik dilakukan ketika masih hijau atau kuning. Daya kecambah benih dari buah coklat atau hitam sangat rendah. Karena tidak semua buah jatuh dan masak pada saat yang sama, maka buah dikumpulkan dua kali dalam seminggu selama beberapa bulan pengumpulan. Sebelum pengumpulan buah, semak dan gulma di lantai hutan dib-ersihkan. Produksi buah dipengaruhi umur tegakan, kondisi ekologis dan tegakan. Pro-duksi benih (biji batu) berkisar 30-170 kg/ha/tahun.

Penanganan dan pemrosesan benih
Pengangkutan buah ke tempat pemrosesan hen-daknya dalam keranjang terbuka atau jaring, jangan dimasukkan karung plastik. Untuk mencegah fermentasi, buah segera diangkut ke tempat pembersihan dalam 24 jam, terutama buah yang telah kuning atau coklat. Hati-hati kerusakan daging buah karena fermentasi dimulai dari buah yang rusak. Di tempat pemrosesan, buah hendaknya disortasi dalam kelompok yang segera diproses (kuning dan coklat) dan kelompok yang memerlukan pemasakan pasca panen (hijau kekuningan). Pemasakan demikian dilakukan di bawah naungan dengan menebar buah setebal 10-15 cm hingga berubah kuning. Sortasi ini berlangsung 1 minggu. Pengupasan daging buah dalam jumlah kecil dikerjakan secara manual dengan meggosok buah hingga terlepas daging buahnya kemudian dicuci dengan air. Dalam jumlah besar, menggunakan mesin pengupas kopi. Perendaman buah 24 jam sebelum pengupasan akan memudahkan pelepasan daging buah. Setelah pengupasan, buah ditebar di ayakan kawat kemudian disiram air untuk membersihkan lendir dan daging buah. Sisa daging buah biasanya masih menempel biji setelah pengupasan, sehingga pembersihan lanjutan yaitu secara manual dengan menggosok biji dengan pasir bercampur air atau secara mekanis (juga dengan pasir) menggunakan pengaduk semen. Tahap akhir, biji dicuci dan dijemur (2-3 hari).

Penyimpanan
Benih kering kadar 5-8% yang disimpan dalam suhu 4-5C dapat bertahan beberapa tahun tanpa ada penurunan daya kecambah. Karena penjemuran sulit menurunkan kadar air di bawah 10%, maka benih hendaknya di oven (35-50C) untuk penyimpanan jangka panjang. Jika benih akan ditabur dalam periode satu tahun setelah proses penjemuran, maka penyimpanan dalam wadah kedap udara sudah memadai. Untuk menghindari tikus sebaiknya disimpan dalam wadah logam.

Dormansi dan perlakuan pendahuluan
Benih tidak mengalami dormansi dan tidak me-merlukan perlakuan pendahuluan. Sebelum ditabur sebaiknya benih direndam dalam air dingin selama 24 - 48 jam.

Penaburan dan perkecambahan
Benih ditabur pada bedeng tanah atau pasir yang ditutup lapisan tipis tanah atau pasir. Kecambah gmelina termasuk epigeal (kotiledon terangkat dari permukaan tanah). Tergantung kondisi awal benih berkecambah, kulit keras akan tertinggal atau terangkat dan benih sisanya masih mungkin berkecambah. Benih umumnya cepat berkecambah dalam jumlah banyak. Perkecambahan sering lebih 100%, karena dari satu biji tumbuh lebih satu kecambah. Suhu optimal perkecambahan 30 - 31C. Suhu rendah menurunkan perkecambahan. Bedeng kecambah diletakkan di bawah matahari, naungan sebagian atau penuh menurunkan daya kecambah. Kecambah selanjutnya disapih di kantong plastik.

Minggu, 07 November 2010

TATA CARA PEMBIBITAN JABON

A. Pengecambahan benih.
Sediakan media tempat kecambah (bak plastik) dan sungkup dari plastik2. Media perkecambahan adalaha. Campuran pasir halus dan tanah halus (1:1), disterilisasi dengan cara digoreng selama 2 jam. Untuk mendapatkan media pasir halus, pasir di ayak dengan ayakan berukuran mikro (ayakan nyamuk).b. Campuran cocopeat (sabut kelapa yang sudah dicacah) dan arang sekaram (2:1). Keduanya dapat diperoleh/dibeli di toko-toko pertanian.3. Sebelum benih ditabur, media disiram sampai jenuh. Bila perlu bak tabur ditutup dengan plastik transparan (sungkup).4. Penaburan benih dapat dicampur dengan pasir halus agar penyebaran dalam bak kecambah merata. Perbandingan benih dengan pasir 2:1.5. Biasanya benih mulai berkecambah setelah 7-15 hari setelah penaburan dan akan mulai merata setelah 30 hari.6. Dalam satu bak kecambah ukuran 25 cm x 20 cm banyak biji yang ditabur cukup 1 sendok teh.

B. Pemeliharaan pada periode perkecambahan.
Pemeliharaannya dilakukan dengan penyiraman. Setelah penyiraman pertama, penyiraman selanjutnya dilakukan setiap harinya (pagi dan sore) sampai minggu ke-10 / siap sapih ke polybag dengan ukuran bibit 5-10 cm dengan sprayer halus2. Penyiraman menggunakan air biasa untuk setiap harinya dan menggunakan air biasa dicampur dengan fungisida DITHANE M-45 untuk setiap minggunya (1kali dalam semingggu). Untuk 1 liter air dicampur fungisida ¼ sendok Dithane M-45.3. Media kecambah harus terkena cahaya matahari tetapi tidak secara langsung perlu naungan dari plastik / sungkup / rumah kaca. Kondisi media SYARAT YANG PALINGàkecambah harus lembab dan basah jangan sampai kekeringan. PENTING.4. Selanjutnya bibit dipindahkan ke polybag di persemaian.5. Total waktu perkecambahan kurang lebih 1 bulan, total pemeliharaan setelah muncul kecambah 1,5 bulan hingga siap sapih. Jadi total waktu yang dibutuhkan untuk perkecambahan kurang lebih 2-3 bulan.6. Bibit yang sudah dipindahkan ke polybag sangat cepat perkembangannya. 1 bulan bisa mencapai ukuran tinggi = 20-40 cm.

C.Penyapihan.
Penyapihan adalah pemindahan tanaman dari bak kecambah ke polybag. Kemudian polybag di tempatkan pada bedengan berukuran 5 m x 1 m yang ternaungi agar terlindung dari sinar matahari langsung dan hujan.1. Penyapihan dilakukan ketika kecambah telah memiliki 2-3 pasang daun atau telah mencapai tinggi 2-3 cm (usia 1,5-2 bulan).2. Media sapih yang digunakan harus mengandung banyak nutrisi untuk pertumbuhan tanaman yang kemudian ditempatkan dalam polybag3. Media semai yang dipergunakan : ukuran polybag 10×15 cm.4. Media bibit adalaha. Media campuran pasir + tanah+ arang sekam (1:3:1) atau tanah + kompos (3:1).b. Media campuran tanah (topsoil/permukaan), pasir dan pupuk kandang (7:2:1)c. media campuran tanah, cocopeat, dan pasir (3:1:1), atau menggunakan campuran tanah dan arang sekam (1:1).

D. Pemeliharaan di bedeng sapih.
Penyiraman secara rutin setiap hari menggunakan air biasa dan setiap minggu menggunakan air biasa dicampur dengan fungisida DITHANE M-452. Selain penyiraman dapat juga diberikan pemupukan yang dilakukan setelah bibit berumur 2 minggu dengan pupuk NPK cair (2-4gram/1liter air), atau dengan pupuk NPK padat 0,5 gram/bibit dengan jarak dari batang tanaman 3-5 cm (selebar tajuk tanaman).3. Selain itu juga dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk daun gandasil-D (dosis 1-2 gr untuk 1 liter air) setelah bibit berumur 3 bulan setelah penyapihan.5. Pemberian penaungan tanaman dengan paranet dilakukan hingga bibit berumur ±4-5 bulan setelah penyapihan (tinggi ±30 cm). Ukuran paranet 30%, 40% ,50% atau 65%.

E. Penanaman di lapangan.
Bibit siap tanam ketika batangnya cukup berkayu dengan tinggi 25-30 cm. Waktu penanaman dilakukan pada musim hujan dengan jarak tanam 3 m x3 m. Pemeliharaan di lapangan berupa pendangiran (penggemburan tanah), penyulaman (pada jabon yang mati), penyiangan (pembebasan dari rumput liar) dan pemupukan. Semoga Bermanfaat.

Selasa, 02 November 2010

Kunci Sukses Okulasi:Butuh Ketepatan


Okulasi termasuk cara perbanyakan tanaman yang cukup populer. Pasti sudah banyak yang tahu cara okulasi. Hanya saja okulasi tak bisa sembarangan dilakukan. Harus tahu langkah-langkahnya. Ada beberapa rahasia yang bisa mempengaruhi keberhasilan okulasi. Yuk, kita simak H. Abdul Ghani, dari Sanggar Buana Flora, berbagi rahasia sukses mengokulasi buah.

1. Memilih mata
Ketepatan memilih mata tunas yang akan ditempel merupakan salah satu kunci keberhasilan okulasi. Mata tunas yang dipilih harus yang berpotensi tumbuh. Ciri-cirinya? Pada tanaman jambu dan mangga, pilih mata tunas yang sudah keluar tunas kecil.

Sementara untuk tanaman lain, Adung alias Abdul Ghani menyarankan mata yang sama sekali belum bertunas. Untuk mangga dan duren sering diakali dengan cara perompesan/pelerengan. Caranya? Pangkas habis daun pada pucuk pohon mangga. Perompesan daun akan memacu tumbuhnya tunas baru. Nah, tunas baru itulah yang bisa dipakai.

2. Cara menyayat
Perhatikan juga cara membuat sayatan batang induk dan batang atas. Kayu dari pohon induk tak boleh tersayat. Bahkan kambium, semacam lendir licin yang menempel pada kayu induk tak boleh hilang. Soalnya kambium berfungsi untuk lalu-lintas makanan dari daun ke tubuh tanaman. Kalau kambium hilang suplai makanan ke mata tempel tidak ada. Tunas baru pun tidak bakal tumbuh. Tak boleh ada kayu yang tertinggal di kulit mata tempel. Supaya mudah dalam membuat sayatan, potong cabang yang akan diambil mata tempelnya. Siapkan dulu mata tempel dari cabang atas. Baru kemudian sayat pohon induk. Tujuannya agar kambium tidak kering. Pakailah pisau yang tajam dan steril supaya hasil sayatannya rapi dan higienis.

3. Cara mengikat
Mengikat mata tempel juga tidak boleh sembarangan. Ikatan harus rapat sampai angin tak bisa masuk ke tempelan. Harus pas, tidak boleh terlalu kencang tidak juga terlalu longgar. Kulit mata tunas menempel dengan sempurna sudah cukup. Kalau
terlalu kencang, bisa tercekik.

Mata tunas boleh ikut ditutup, boleh juga tidak ditutup. Mata tunas yang ditutup punya kelebihan. Gangguan dari luar, terutama air tidak bisa masuk. Tapi ikatan pada mata tunas tak boleh kencang. Supaya tunas bisa tumbuh. Kalau mata tunas tidak ditutup harus dipastikan air tidak menyentuh tempelan. Soalnya, entres bisa busuk kalau kena air.

4. Kecepatan kerja
Sewaktu melakukan okulasi, kerja harus cepat. Sayatan di pohon induk tidak boleh terlalu lama di udara terbuka. Begitu juga dengan sayatan mata tempel. Kalau terlalu lama kambium pada kayu bisa kering. Agar kerja bisa cepat dan tak terganggu, sebaiknya siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu. Agar sewaktu bekerja tak lagi perlu cari-cari alat
yang dibutuhkan. Siapkan dulu mata tempel, baru sayat batang induk. Ada lagi cara untuk menyiasati kelambatan kerja. Bekerjalah di tempat yang teduh. Sebaiknya lakukan pada pagi atau sore hari. Terik matahari tentu akan mempercepat, kambium menjadi kering. Sebaiknya letakkan hasil okulasi di tempat teduh. Selain menghindari terik matahari, juga agar tak ada air yang masuk ke sambungan.
Tidak ada rahasia lagi okano (Rudi/ FLONA)


Sumber
http://www.toekangkeboen.com/artikel.html?action=detail&id=98

Sabtu, 30 Oktober 2010

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN

PEDOMAN BUDIDAYA TANAMAN SENGON  

Botani Sengon
Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut :
Jawa :jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa).
Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore)
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.
Habitat Sengon
Tanah
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.
Iklim
Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.
Curah Hujan
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.
Kelembaban
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.
Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon
Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
Perakaran
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
Kayu
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.
Pembibitan Sengon
a) Benih
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
Kulit bersih berwarna coklat tua
Ukuran benih maksimum
Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
Bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
b) Kebutuhan Benih
Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :
Keterangan :
Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
Jarak tanam 3 x 2 meter
Satu lubang satu benih sengon
Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
Daya tumbuh 60 %
Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
c) Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
d) Pemilihan Lokasi Persemaian
Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.
Langkah-Langkah Penyemaian Benih Sengon
Terlepas dari kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung maka langkah-langkah penyemaian benih dapat dibagi benjadi tahap – tahap kegiatan sebagai berikut:
a) Penaburan
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :
Benih
Bedeng tabur/bedeng kecambah
Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1
Peralatan penyiraman
Tersedianya air yang cukup
dan sebagainya.
Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.
Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.
Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk. Setelah kecambah berumur 7 – 10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.
Penyapihan Bibit
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :
Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4 lubang pada bagian sisi-sisinya.
Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1). Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.
Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.
Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.
c) Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut :
Penyiraman
Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan "gir: sebagai berikut :
Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan.
Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
Penyiangan
Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit terganggu.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.
Seleksi bibit
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.
Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;
Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman.
Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).
Penanaman
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :
Pembuatan dan pemasangan ajir tanam
Ajir dapa dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1 m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan
Pembuatan lobang tanam, lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.
Pengangkutan bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.
Penanaman bibit, pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati – hati agar bibit tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.
Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan
Penyulaman, yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.
Penyiangan,
Pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman penggagu dengancara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk memutus daur hidupnya.
Penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.
Pendangiran,
Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanman.
Pemangkasan,
Melakukan pemotongan cabang pohon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).
Penjarangan
Penjarangan dillakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur.
Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem "untu walang" (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.
Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.